Sebuah nama tanpa arti. Sengaja dibuat tidak berarti, tidak mengarah
pada sifat apapun, tidak asumtif. Semua agar para personel nya selalu
terpacu untuk terus berkarya, berusaha mencari makna Letto dengan semua
proses kreatif yang mereka lakukan. Bertemu pertama kali di SMU
7 Jogja, dan mulai berkesenian di berbagai bidang. Seperti teater,
musik kontemporer plus gamelan, bikin script film, bikin berbagai macam
desain cover kaset dan tetek bengeknya... Dan Alhamdulillah mereka
berteman baik dengan kesenian.
Selepas SMU, karena kuliah dan kesibukan masing-masing, mereka pun sempat berpisah dan frekuensi berkumpul menurun drastis. Tapi di akhir tahun 99 mereka bisa berkumpul lagi. Dari menjadi buruh bangunan untuk GEESE (studio), mereka mengelola dan bisa memakai studio. Sedikit demi sedikit mereka iseng bikin lagu dan direkam... ternyata banyak orang bilang lagunya enak.
Anak-anak Letto tidak berusaha menjadi siapapun atau apapun dalam berkreasi dan bermusik. Musik bagi mereka bukan satu-satunya tujuan saat itu dan sekarang, karena musik hanya bagian dari seluruh proses kreasi yang mereka niati dan jalani. Motif mereka ini hanyalah bekerja keras membuat lagu dan mengharap Tuhan mau sedikit berlapang menjatuhkan rahmat ekstra nantinya.
Letto tetap ingin berkreasi menghasilkan karya-karya yang bisa menyenangkan diri sendiri dan Insya Allah juga orang lain. Menganggap bahwa tiap peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah belajar. Belajar bertahan hidup, belajar mengambil hikmah, belajar bertahan dalam kondisi apa pun, belajar untuk tetap rendah hati dan belajar untuk yang lain-lain juga. Istiqomah adalah teori dan praktek yang selalu diusahakan ada dalam perjalanan Letto. (musica-studios.co.id)
Letto
Reviewed by Unknown
on
6:19 pm
Rating: